Waspadai Ancaman Trigliserida

BAGI mereka yang selalu memantau kadar lemak dalam darah, kata trigliserida mungkin bukan istilah yang asing di telinga. Trigliserida merupakan lemak utama di dalam tubuh yang sangat erat kaitannya dengan kolesterol, di mana keduanya mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses metabolisme

Sejumlah riset baru-baru ini mengindikasikan, jenis lemak yang satu ini patut diwaspadai karena dapat menjadi ancaman yang lebih serius bagi kesehatan. Berkaca dari riset tersebut, para ahli menekankan pentingnya dilakukan penanganan trigliserida secara lebih baik.
Suatu studi awal pekan ini menyatakan, fenomena warga dengan kadar trigliserida tinggi di Amerika Serikat semakin nyata. Presentase pengidap trigeliserida tinggi kian meningkat dalam tiga dasawarsa terakhir dan tampaknya dipicu oleh maraknya kasus obesitas.

Dalam riset lainnya, para ilmuwan Denmark melaporkan bahwa tes darah tanpa puasa menunjukkan adanya hubungan kuat antara kadar trigliserida tinggi dan rsiko stroke akibat penggumpalan darah.

Trigliserida merupakan lemak darah yang secara khusus berada pada lapis kedua low-density lipoprotein atau LDL, yang dikenal sebagai kolesterol "jahat" karena perannya dalam memicu serangan jantung dan stroke. Obat penurun kolesterol yang dikenal sebagai 'statin' memang dapat mengurangi LDL, tapi obat itu seringkali tak mampu menurunkan trigliserida -- lemak darah yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dan lemak dalam tubuh.

Trigliserida sendiri adalah faktor risiko independen penyakit jantung, yang merupakan penyebab utama kematian di AS. Trigliserida dan lemak lain biasanya diukur setelah orang berpuasa selama delapan sampai 12 jam.

Penelitian di Denmark yang dimuat Journal of the American Medical Association, Borge Noerdestgaard dari Copenhagen University Hospital menganalisis kadar trigliserida tanpa harus berpuasa untuk melihat seberapa baik mereka dapat meramalkan risiko stroke.

Misalnya, orang yang berusia 55 tahun atau lebih dengan kadar trigliserida tertinggi --di atas 443 miligram per desiliter-- memiliki 17 persen risiko stroke dalam waktu 10 tahun. Sementara orang dengan kadar trigliserida paling rendah, 89 persen per deciliter, memiliki resiko sebesar 3 persen untuk terserang stroke.

"Trigliserida orang yang tak berpuasa bahkan mungkin lebih baik dibandingkan trigliserida orang yang berpuasa dalam meramalkan resiko," ungkap Nordestgaard.

Ia mengatakan, pemeriksaan tanpa puasa jauh lebih meyakinkan bagi pasien, suatu faktor yang mungkin memudahkan pemeriksaan bagi banyak orang.

Riset yang dipresenrasikan pada pertemuan American Heart Association di New Orleans, menemukan bahwa trend peningkatan kadar trigliserida di AS makin nyata. Hasil survei kesehatan pemerintah selama 30 tahun mendapati bahwa meskipun kadar LDL telah turun, persentase orang dewasa dengan kadar trigliserida tinggi naik berkali-kali lipat .

"Saat LDL diserap oleh penggunaan statin, trigliserida muncul sebagai faktor risiko baru lemak darah," ungkap Dr. Jerome Cohen dari St. Louis University School of Medicine di Missouri.

Ia mengatakan studi tersebut memperlihatkan peningkatan dramatis jumlah orang Amerika bertubuh gemuk mungkin membantu dalam menjelaskan peningkatan itu.

Sementara itu Dr. Irene Katzan dari Cleveland Clinic di Ohio mengatakan hasil riset itu dan yang lain mencerminkan adanya peningkatan perhatian pada pengendalian masalah trigliserida. "Akhirnya lemak (trigliserida) itu mendapat perhatian yang semestinya," katanya.
disadur dari www.kompas.com

Sumber :http://aldiperdana.web.ugm.ac.id/trigliserida.html

Komentar

Postingan Populer